Perayaan Tahun baru 2022, belum lama usai dan musim penghujan diperkirakan, akan mencapai puncaknya di antara Januari dan Februari tahun ini. Entah kenapa, musim yang terasa dingin ini malah membuat kulit menjadi kering dan kenapa bisa begitu?
Kulit akan terasa panas dan lengket, seolah olah berkeringat tiada habisnya ketika sedang memasuki musim kemarau. Udara di musim penghujan malah terasa sebaliknya, sejuk dan segar. Kulit yang selama beberapa minggu ini, awalnya mulai terasa sejuk, kini mendadak mulai mengering.
Untuk mengatasi maslah kulit yang bersisik, pecah-pecah maupun alergi, butuh waktu yang berbulan-bulan. Langkah yang tepat adalah, dengan melakukan sesuatu sebagai tindakan pencegahan. Ini adalah artikel yang membahas, cara mengatasi kulit yang mengering, di musim penghujan dan kenapa itu bisa terjadi.
Penyebab Utama Menjadi Kering di Musim Hujan
Mari kita kenali masalahnya terlebih dahulu. Kulit akan menjadi kering, ketika tidak mampu lagi untuk mempertahankan kelembabannya, hal ini bisa terjadi karena berbagai sebab, antara lain proses penuan, kondisi medis tertentu dan terlalu sering mandi.
Terlalu sering menggunakan sabun yang mengandung bahan dasar natrium lauril sulfat (SLS). Ini adalah surfaktan, senyawa dalam banyak deterjen pembersih, yang berfungsi sebagai penghilang lemak dan membersihkan kotoran. Bahan ini juga terdapat dalam produk sabun mandi, shampo, dan pembersih wajah tertentu.
Meskipun ini adalah pembersih yang efektif, dan sebagian orang bisa menggunakannya pada tubuh dan wajah mereka, tanpa efek samping yang merugikan. Tetapi karena surfaktan memiliki efek mengeringkan, sabun yang mengandung SLS bisa menyebabkan pengeringan lebih lanjut, pada orang dengan masalah kulit yang sudah kering.
Musim yang dingin, menimbulkan masalah khusus karena kelembaban rendah, baik di luar maupun di dalam ruangan, dan kadar air pada epidermis (lapisan terluar kulit), akan cenderung mencerminkan tingkat kelembaban di sekitarnya. Untungnya, ada banyak hal sederhana dan murah bisa dilakukan, untuk meredakannya di musim penghujan, yang juga dikenal sebagai alergi dingin.
Sebagian itu, orang yang memiliki kulit cenderung kering, karena memang ada unsur genetik, sedangkan yang lain hanya bisa menyalahkan cuaca, karena di musim yang terasa dingin ini, membuat kelembaban lingkungan juga menjadi menurun. Namun, tidak hanya itu. Kurangnya paparan sinar matahari di musim hujan, selain sebagai sumber vitamin D yang baik, juga merupakan anti inflamasi alami. Membuat orang yang sudah memiliki radang seperti eksim, akan mengalami lebih banyak masalah daripada biasanya.
Merawat Kulit Kering Di musim Hujan
Kulit memiliki tiga lapisan, masing-masing memiliki peran yang berbeda. Lapisan terendah atau terdalam terdiri dari lemak subkutan, sebagai penyekat, penyimpanan energi, dan penyerapan goncangan. Di atasnya adalah dermis, yang berisi pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat dan minyak, serta folikel rambut.
Lapisan atas adalah epidermis, penghalang juga sebagai pelindung utama dari kulit, tingkat di mana pengeringan sering terjadi. Ini terdiri dari lapisan sel bertumpuk, yang terus-menerus dalam transisi, karena sel hidup yang lebih muda akan naik, dari bagian bawah epidermis yang akhirnya mati, dan kemudian rontok setelah mencapai permukaan. Siklus berkelanjutan ini sepenuhnya akan memperbarui kulit, sekitar sebulan sekali.
Pelembab kulit, yang berfungsi untuk merehidrasi epidermis dan mengunci kelembapannya, adalah langkah pertama dalam memerangi kekeringan. Mereka harus mengandung tiga jenis bahan utama, yaitu:
- Humektan, yang membantu menarik kelembapan, termasuk ceramide (diucapkan ser-A-mids), gliserin, sorbitol, asam hialuronat, dan lesitin.
- Seperangkat bahan lain, misalnya petrolatum (petroleum jelly), silikon, lanolin, dan minyak mineral. Ini membantu menyegel kelembapan di dalam kulit.
- Emolien, seperti asam linoleat, linolenat, dan laurat, mampu menghaluskan kulit dengan mengisi ruang di antara sel-sel kulit.
Sekilas Tentang Penuaan dan kekeringan kulit
Kulit akan menjadi kering seiring dengan bertambahnya usia, setidaknya 75% orang di atas usia 64 tahun memiliki kondisi ini. Seringkali juga merupakan bagian dari efek kumulatif, dari paparan sinar matahari, kerusakan akibat sinar matahari menyebabkan, kulit lebih tipis dan tidak mampu untuk mempertahankan kelembaban.
Produksi minyak alami, juga akan menurun seiring bertambahnya usia. Sedangkan kasus yang terjadi pada wanita sedikit berbeda, ini mungkin sebagian akibat penurunan hormon pasca menopause, yang merangsang kelenjar minyak dan keringat. Sedangkan yang paling rentan adalah, area yang memiliki lebih sedikit kelenjar sebaceous (atau minyak), seperti pada lengan, kaki, tangan, dan punggung bagian tengah. Zat di dermis (di bawah epidermis), yang menarik dan mengikat molekul air, juga akan berkurang seiring bertambahnya usia.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi kekeringan pada kulit, yang tidak saja akan berguna ketika musim hujan, namun juga ketika musim kemarau:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan
Cuaca dingin di musim penghujan, tidak saja membantu kulit menjadi segar, melainkan juga akan memberikan dampak mengeringkan, sebagai akibat tingkat kelembaban yang rendah. Selain itu banyak masalah yang ditemukan timbulkan di musim ini, karena kurangnya paparan sinar matahari, selain merupakan sumber vitamin D juga sebagai anti inflamasi alami.
Menggunakan pelembab setelah mandi, sangat dianjurkan untuk membantu mengunci kelembaban alami kulit. Menghindari penggunaan wewangian serta pakaian, yang membuat gatal dianggap cukup membantu.